Jumat, 30 Maret 2012

Jeritan Hati Si Sosial

“Makhluk sosial itu kini berubah sedikit apatis dan selalu berlindung di balik kata cuek”

            Dia adalah makhluk sosial, dia berjiwa sosial tinggi, bahkan jika dipresentasikan kepedulian terhadap dirinya sendiri dan orang lain adalah 70:30. Dia selalu ingin melihat orang lain bahagia meskipun kadang harus mengorbankan dirinya. Dia selalu ingin tau permasalahan yang dihadapi orang lain karena dia berharap bisa membantu atau sekedar meringankan beban mereka dengan menjadi teman curhat mereka. Dia tidak pernah bermaksud mencampuri urusan orang lain, namun dia hanya tidak tega jika melihat orang lain menghadapi masalah. Karena dari kecil dia sudah terbiasa hidup bersosial dan tidak mampu hidup sendiri. Dia senang mencari teman dan sahabat. Dia selalu menjadikan sahabat-sahabatnya itu sebagai saudaranya. Dia senang menjadi tempat curhat atau tempat meminta solusi bagi teman-temannya. Ada sebuah kepuasan tersendiri yang dia rasakan saat dia memberi solusi atau sekedar melihat senyuman dari wajah-wajah temennya. Namun sekarang si soaial itu sedikit berubah menjadi seorang yang apatis meskipun belum kronis. Permasalahan-permasalahn yang dia hadapi menjadikan dia berhati keras. Dia yang awalnya terbiasa “bergantung” dengan orang lain atau selalu share permaslahnnya dengan orang lain.
kini berubah menjadi sosok yang sok tegar dan merasa bisa menghadapi semua permasalahnnya sendiri. Perubahanya itu dimulai pada saat dia mengalami sebuah penghianatan besar dalam hidupnya yaitu antara sahabat dan orang yang dicintainya. Dulu baginya sahabat adalah seorang yang dapat dipercayai sepenuhya selain orang tua (jiwa sosial itu mengajarkannya untuk selalu percaya terhadap orang lain). Penghianatan itu begitu memukul hatinya, dua orang yang sangat dia sayangi dan percayai menusuk dia dari belakang, menghianatinya, dan membohonginya. Hal itu sangat menyakitkan baginya karena hal yang paling tidak dia sukai adalah “kebohongan”. Selama ini dia selalu berusaha jujur kepada siapapun karena dia peraya bahwa kejujuran akan membawa sebuah kebahagiaan. Dia tertatih dan tak tau arah, namun dia beruntung masih punya satu sahabat yang selalu setia mendengar dan menemaninya.
             Saat si sosial sudah mulai menemukan jati dirinya yang selalu ceria dan peduli dengan orang lain, cobaan dan ujian kembali mengujinya. Kini dia benar-benar merasa sendiri di dunia ini. Tuhan menghendaki sahabatnya yang baik hati itu menghadapNya terlebih dahulu. Cobaan itu benar-benar lebih sakit dari pengihianatan yang sebelumnya dia rasakan. Pada hari duka itu dia berpikir, “dengan siapa aku akan hidup, kepada siapa lagi aku akan mengeluh, siapa lagi yang akan menemani aku menangis,….. “ dan banyak pertanyaan-pertanyaan yang menghantui pikirannya saat itu. Dia terpuruk dan semakin terpuruk, dia merasa kehilangan separuh jiwanya, cerminan hidupnya. But, Life must go on… kata-kata itulah yang membuatnya terus bangkit dan berusaha menjalani hidup dengan sisa-sisa semangatnya. Dia terus berjuang dan berjuang. Dia menjalani hari-hari biasa hingga tumbuh menjadi sosok yang dewasa. Dalam perjalanannya dia selalu berusaha mencari lagi sosok sahabat baru, tetapi tak juga dia temukan, yang dia temukan hanyalah teman. Jiwa sosialnya membuat dia dengan memilki banyak teman ditempat barunya, namu sahabat yang dia inginkan itu belum juga dia temukan. Tahun demi tahun berlalu, dan keberuntungan serta Rahmat dari Tuhan membawa dia kepada suatu lingkungan baru yang menyenangkan dan memberinya banyak pengalaman serta pelajaran tentang kehidupan. Ilmu-ilmu yang dia dapatkan menjadikannya sosok yang matang. Dan atas ijin Tuhan, akhirnya dia menemukan sosok yang slam ini dia cari, ya… dia dipertemukan dengan sosok sosial yang memilki sifat yang hampir sama dengan dia, dan karena kesamaan itulah akhirnya tumbuh rasa nyaman diantara keduanya. Si sosial kembali menemukan sosok yang dapat dijadikannya tempat mengeluh, tempat mengadu, dan tempat dia bergantung. Sosial yang dari kecil merasa kurang kasih sayang dari seoang ayah merasa nyaman dengan sosok yang dia temui ini. Dia dan teman barunya itu selau bersama, saling bercerita, dan saling bertukar pikiran. Sejenak sosial merasakan hidupnya begitu sempurna dengan kehadiran sosok baru itu. Akhinya sosial pun merasakan sebuah rasa yang sudah lama tidak dia rasakan setelah sekian lama dia mati rasa akibat peghianatan yang dulu pernah dia rasakan. Rasa yang membawanya benar-benar menjadi orang yang paling beruntung di dunia ini. Dia begitu menyayangi sosok baru itu, bukan karena fisiknya, bukan karena hartanya, dan bukan karena sikapnya. Tapi karena Tuhan telah menganugerahinya sebuah rasa, yaitu rasa nyaman. Rasa nyaman yang belum pernah dia rasakan dengan siapapun. Baginya untuk sayang dan cinta kepada seseorang emang tidak butuh alasan, karena jika alasan itu hilang, maka sayang dan cinta itupun akan ikut hilang bersamanya. Sosok baru itu benar-benar membuat hari-hari sosial begitu bermakna. Jiwa sosialnya kembali tumbuh dan kembali seperti semula.
               Namun lagi dan lagi cobaan kembali menghampirinya. Kebersamaan itu tak berlangsung lama, kembali lagi sosial ditinggalkan orang yang sangat disayanginya dan orang yang mampu membantu dia menemukan jati dirinya. Sosial kembali sendiri (tak seperti namanya, sosial terpuruk sendiri, tak ada lagi kawan, tak ada lagi sahabat, tak ada lagi tempat dia mengadu, tak ada lagi tempat dia bergantung). Sosial menjadi sosok yang “sok”  tegar dan kuat berdiri sendiri. Sosial hanya mengeluh kepada Tuhan dalam setiap do’a-do’anya. Dia selalu memendam permasalahannya sendiri dan hal itu menjadikan dia tidak lagi peduli dengan permasalahan orang lain. Kini sosial telah banyak berubah, dia tak lagi memilki jiwa sosial yang sempurna. Dia berubah menjai sosok apatis dan acuh. Jiwa egois telah menguasai dirinya, dia tak lagi peduli dan tak mau mendengar orang lain. Dia selalu berlindung dengan kat-kata “aku lo cuek” hanya untuk menutupi jeritan hatinya. Dia setiap hari menjerit, menangis, tatapi hanya dia pendam dalam hatinya sendiri karena dia benar-benar kehilangan sosok tempat dia biasa mengeluh. Dia tak tahu lagi harus mengeluh kepada siapa karena sosok itu telah hilang dan meninggalkanya. Dia tak lagi peuli dengan permasaahan orang lain. Dia selalu berpedoman “selama anda tidak mengganggu saya, saya tidak akan pernah mengusik anda sedikitpun, anda punya hak untuk hidup dan menjalani hidup anda dengan cara anda sendiri, begitupun juga dengan saya”. Kini Si sosial benar-benar kehilangan jati diri, dia tidak pernah merasa nyaman dan bahagia dimanapun dia berada, dia tak mau dan tak mampu lagi bersosialisasi ataupun menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sosial lebih sering menyendiri, dia menjadi sosok yang benar-benar egois, apatis, dan acuh tak acuh. Namun itu bukanlah dia, setiap hari dia berontak, berteriak, dan menangis didalam hatinya dan didalam do’anya (karna dia merasa hanya Tuhanlah tempat dia mengeluh). Ia ingin kembali menjadi sosok sosial, seperti namanya. Dia tak mampu hidup sendiri tapi rasa itu belum dia temukan hingga saat ini. Dia tidak pernah merasakan kenyamanan dimanapun da berada. Dia ingin kembali menjadi dirinya yang dulu tapi tanpa bantuan orang lain. Dia berharap hanya Tuhan yang membantunya karna jika dia kembali engan bantuan orang lain, dia terlalu takut kehilangan sosok-sosok itu, dia terlalu takut kehilangan orang-orang yang ia sayang untuk kesekian kalinya. Dia terlalu takut hidup sendiri, dia terlalu takut dengan kata sendiri dan hilang, dia tak mau lagi kehilangan. Dia hanya ingin menjadi dirinya sendiri yang menyenangkan dan disayang banyak orang, bukan dirinya yang sekarang yang egois, kejam, dan banyak menyakiti orang lain. Dia hanya ingin kembali menjadi dirinya sendiri yang selalu tersenyum dan membuat orang lain tersenyum.
Dia selalu berteriak dan berteriak
“aku lelah menjadi sosok yang sok tegar, sok kuat, aku merindukan diriku yang manja dan cengeng, dan aku hanya ingin menjadi makhluk sosial dengan kesederhanaan yang kupunya tetapi aku memilki banyak sahabat dan kebahagiaan”.

3 komentar:

D'sweet autiezz habitat mengatakan...

salam pramuka kakak...
terus berkarya ea.... (^^^)

liya mayasari mengatakan...

hahahaha
oyip

Unknown mengatakan...

makluk trgalau versi majalah trubus..

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates